Temuireng – Jatinom. Kepala Desa Temuireng bersama dengan 17 Kepala Desa dan Kepala Kelurahan di wilayah Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten menerima mahasiswa KKN dari Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) Surakarta pada Kamis, 17 Juli 2025

Bertempat di Gedung Candra Kirana Desa Krajan, Kecamatan Jatinom secara resmi mahasiswa telah diterima oleh Pemerintah Desa dan Keluaraha melalui Camat Jatinom, Agus Sunyata.

Dalam kesempatan tersebut, Agus Sunyata menyampaikan harapan untuk kolaborasi kegiatan di desa dan kelurahan, sehingga mahasiswa KKN dapat bersama – sama dengan Pemerintah Desa dan Kelurahan.

“Selama 40 hari kedepan, semoga adik – adik mahasiswa betah tinggal di wilayahnya masing – masing. Sehingga tujuan KKN UNISRI menggali potensi lokal untuk desa yang mandiri dan berkelanjutan dapat terwujud,” ungkap Agus dalam sambutannya.

Ditemui usai acara, Sukarman, Kepala Desa Temuireng mengungkapkan bahwa sebanyak 14 mahasiswa akan melaksanakan KKN di Desa Temuireng.

“2 hari yang lalu anak – anak mahasiswa sudah hadir di Kantor Desa, untuk berdiskusi dengan kami sekaligus survei calon rumah yang akan ditinggali besok,” kata Mbah Gareng, panggilan akrab Kepala Desa Temuireng tersebut.

Menurut Sukarman, Pemerintah Desa Temuireng sudah menyampaikan permasalahan dan juga potensi Temuireng yang bisa dikembangkan oleh para mahasiswa sebagai bahan untuk menyusun program kerja.

 Disamping itu, menurutnya mahasiswa KKN tidak akan dibebani dengan program kerjasama yang dirasa akan membebani selama mereka melaksanakan pengabdian masyarakat di Temuireng. Mengingat jangka waktu kegiatan yang tidak panjang.

“Mahasiswa itu tarafnya belajar, kalaupun ada pengabdian masyarakat jangan sampai malah menjadi beban sehingga akan mempersulit belajar mereka. Kita tidak akan mengajak bikin program yang neko – neko, yang penting mahasiswa bisa nyaman tinggal di Temuireng dan membuat program sesuai kemampuan sendiri. Mereka bisa mengukur kemampuan mereka sendiri,” imbuh Sukarman.

Sukarman menghimbau mahasiswa KKN selama tinggal di Temuireng untuk bisa menjunjung tinggi norma yang ada di desa. Sehingga masyarakat juga bisa menerima dengan baik kehadiran mereka. (Soleh Febriyanto)