Desa Temuireng, Klaten --

Karang Taruna Garuda Desa Temuireng menggelar kemah budaya dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79.

Kemah tersebut berlangsung di lapangan Desa Temuireng pada Jumat (16/8) sampai Sabtu (17/8). Mengusung tema "Budaya," Karang Taruna Garuda Temuireng turut menampilkan kesenian teater Kethoprak.

Perkemahan itu merupakan acara yang telah berlangsung secara rutin selama dua tahun sekali sebagai ajang menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia. Ini menjadi yang kedua kalinya seusai diadakan pada 2022 lalu.

Pada setiap perkemahan terdapat tema yang menjadi ciri khas acara tersebut. Seperti tahun ini menggelar tema "Budaya", sedangkan sebelumnya mengusung "Persatuan".

Acara tersebut diikuti oleh 10 organisasi pemuda Temuireng yang tegabung dalam beberapa RT. Mereka mendirikan dan menghiasi lingkungan perkemahan dengan ciri khas nya masing-masing Meskipun memiliki nama yang berbeda, mereka tetap menyatu dan berbaur satu sama lain saat acara berlangsung.

Selain itu, Karang Taruna Garuda Temuireng juga menggelar pentas kesenian teater Kethoprak yang diikuti oleh seluruh pemuda. Kesenian itu merupakan warisan tak benda yang masih mereka jaga dan lestarikan hingga saat ini.

Pementasan teater Kethoprak Truno Budoyo mengangkat judul "Bandung Kridha," yang mengangkat kisah Bandung Bondowoso sang raja Keraton Pengging. Bandung merupakan seorang raja yang mencintai perdamaian, namun jika ada seseorang yang mengusik wilayahnya ia tak akan tinggal diam.

Lalu, wilayah Bandung diusik oleh Kerajaan Boko dan terjadi pertempuran sengit. Bandung pun akhirnya berhasil memenangkan perang dan mendapati seorang putri Prabu Boko, Roro Jonggrang. 

Bandung pun ingin memperistri Roro Jonggrang, sang putri kemudian memberi syarat mustahil yaitu meminta dibuatkan 1000 candi dalam waku semalaman. Namun, Roro Jonggang bersikap curang dan akhirnya dikutuk menjadi candi.

Kisah tersebut berlangsung selama 2 jam dan disaksikan oleh ratusan penonton. Para penonton pun sangat antusias dan mengikuti rangkaian cerita hingga selesai.

Kepala Desa Temuireng, Sukarman mengaku senang melihat pagelaran acara tersebut dan mendukung penuh upaya pemuda yang telah mempersiapkan sedemikian rupa.

"Acara ini menjadi tonggak pelestarian budaya Desa Temuireng, saya sangat senang pemuda di sini bisa ikut terlibat dalam melestarikannya," ungkap Sukarman saat ditanyai.

Ia pun berharap agar tradisi serupa tidak lantas luntur dalam beberapa waktu ke depan mengingat perkembangan digital yang pesat.

Perkemahan Budaya dan pementasan kesenian teater Kethoprak tersebut pun menjadi salah satu langkah pemuda Desa Temuireng untuk melestarikan tradisi yang telah lama eksis di desa tersebut.