Bagi warga Desa Temuireng, tempat yang bernama Kluwing cukup familiar, terlebih bagi generasi yang lahir pada tahun 90an.
Kluwing terletak di sebelah selatan Desa Temuireng, tepatnya di sungai (jurang) Ngancar, dari jembatan ke arah timur sekira 1 Km.
Muasal nama Kluwing karena ditempat tersebut terdapat sebuah pohon yang dikenal dengan nama Luwing atau Luwingan, sampai akhirnya dikenal dengan nama Luwing.
Masyarakat mempercayai, bahwa di Luwing dihuni oleh "Mbah Bonggol". Mbah Bonggol adalah sosok mistis yang dipercaya menghuni tempat tersebut sejak lama. Oleh karenanya ada juga yang menyebut tempat tersebut sebagai "Mbonggol".
"Dulu, tidak semua orang berani mengunjungi tempat tersebut," ungkap Joko Pramono, Kadus di Temuireng yang mewilayah tempat tersebut.
Menurut Joko, banyak cerita mistis yang didengar dari sesepuh di Temuireng.
Bahkan tidak hanya cerita tutur, Joko sendiri pernah mengalami peristiwa serupa.
Sekitar tahun 1985, Joko menyaksikan seekor Sapi yang melompat dari tebing hingga ke dasar jurang. Anehnya, sapi tersebut tidak mengalami luka sama sekali.
"Sekitar jam 17.30 sore bapak saya membawa sapi dari pasar, sesampainya di depan rumah sapi tersebut mengamuk dan mengarah ke jurang," ujar Joko.
Menurut Joko, banyak warga yang ikut mengejar dan mencari sapi tersebut bahkan sampai turun ke jurang. Namun sapi tersebut tidak kunjung ditemukan.
"Anehnya, pepohonan yang dilewati bahkan diinjak sapi tidak rusak sama sekali," imbuh Joko.
Baru pagi harinya, ada petani yang mendengar suara sapi, setelah ditelusuri asal suaranya ternyata suara tersebut berasal dari Kluwing, dan benar adanya sapi yang dicari sebelumnya berada di tempat tersebut.
Berdasar cerita tutur, dari Kluwing pada malam hari juga sering terdengar suara Gamelan Jathilan. Bahkan suara tersebut terdengar sampai ke pemukiman warga.
Didampingi Joko, tim media Temuireng melalukan penelusuran terhadap keberadaan Kluwing. Namun sangat disayangkan keberadaannya saat ini sudah tidak ada.
"Sangat disayangkan sebenarnya. Bukan dari segi mistisnya, namun penghargaan terhadap alam oleh masyarakat sudah tidak ada," pungkas Joko. (Soleh Febriyanto)
Widodo |
---|
01 April 2024 12:54:30 Perlu dijaga dan dilestarikan |